Kamis, 04 Oktober 2012

Etika Menulis di Internet


Semua orang pasti suka menulis. Orang-orang dari berbagai kalangan usia dan sosial kini bisa menyalurkan hobi menulisnya lewat internet. Medianya pun bermacam-macam : jejaring sosial (Social Network), media Blog, media dokumen online, Surel dari milis E-Mail, Chatting, atau bahkan lewat forum diskusi.
 
Akan tetapi dibalik kemudahan dan keefektifan internet tersebut, muncul masalah-masalah lain seperti penculikan, pelecehan, pencemaran nama baik, penipuan, pemalsuan, pembajakan, dll. Masih ingatkah anda dengan kasus Prita Mulyasari? Kasus yang hanya berawal dari e-mail keluhannya terhadap pelayanan salah satu RS Internasional yang kemudian menyebabkan ia masuk penjara karena dituntut oleh rumah sakit tersebut.

Di Indonesia sendiri hukum tertulis dalam penulisan di internet diatur dalam UU ITE, UU Pers, dan KUHP yang dapat menjerat si penulis jika terbukti melanggar hukum. Oleh karena itu, diperlukan suatu etika berdasarkan kesadaran moral yang dirasakan penulis sehingga tidak ada kesalahpahaman. Boleh bebas berkreasi asal tidak keluar dari norma - norma yang ada dan berlaku di masyarakat.

Etika tidak bisa lepas dari norma yang mengikatnya. Dari suatu beban moral muncul suatu norma yang mengatur tata cara untuk melakukan sesatu dengan baik dan benar sesuai kaidah umum yang berlaku. Dari norma tersebut muncul etika yang harus dijunjung tinggi oleh setiap orang. Seperti halnya menulis, harus menjunjung etika penulisan di internet sesuai norma yang sudah ditetapkan. Berikut etika penulisan di internet yang baik dan benar agar pesan yang ingin kita sampaikan dapat tersalurkan dengan baik tanpa merugikan pihak manapun.

  • Biasakan mencantumkan sumber tulisan
  • Merupakan salah satu kesadaran moral yang sangat penting untuk mencantumkan setiap tulisan yang kita kutip dari blog orang lain, baik secara sebagian maupun secara keseluruhan. Mencantumkan sumber bisa dengan menuliskan halaman webnya atau membuat “link back” ke situs sumber. Ini sangat penting dilakukan agar kita terbiasa menghargai hasil jerih payah orang lain dalam pembuatan artikel dan juga sebagai pencegahan perilaku PLAGIAT yang tidak bertanggung jawab. Tulisan yang berisi sumber juga menandakan bahwa tulisan yang anda buat dapat dibuktikan kebenarannya yang otomatis dapat meningkatkan tingkat kepercayaan pembaca anda. 
  • Menggunakan Inisial beserta bukti otentik 
  • Ketika kita menulis suatu kasus yang belum pasti kebenarannya, sebaiknya menggunakan inisial. Asas praduga tidak bersalah sebaiknya kita terapkan. Intinya dalam menulis adalah tujuan yang akan kita capai. Kiat bisa menyamarkan suatu kasus dalam bentuk cerita fiksi dengan penokohan yang berbeda untuk menyampaikan pesan dan hikmah yang dapat diambil dari suatu kasus. Dan jangan lupa menambahakan bukti-bukti otentik untuk mendukung isi tulisan kita seperti foto, link tulisan sumber, atau berkas pendukung lainnya. Hal ini bertujuan untuk antisipasi jika ada pihak lain yang ingin menuntut tulisan kita, kita memiliki bukti otentik yang dapat diklarifikasi dengan jelas untuk menyangkal tuduhannya.
  • Penentuan Kata Kunci (keyword) yang tepat sesuai tujuan tulisan
  • Kadang atau bahkan sering kali orang menentukan kata kunci tetapi tidak sesuai dengan tujuan tulisan yang dibuat. Biasanya hal ini bertujuan hanya untuk mengejar rating Blog Reader agar blognya lebih populer. Tetapi di sisi pembaca, hal ini cukup mengganggu dan membuang – buang waktu si pembaca yang sedang mencari bahan sesuai keyword yang dicari. Anda bisa membayangkan betapa kecewanya kita ketika membuka situs web yang berisi keyword yang kita cari, yang muncul malah bertolak belakang dari itu seperti iklan, gosip selebriti dan hal lain yang mengganggu. Untuk itu buatlah keyword sesuai isi tulisan agar tidak mengecewakan si pembaca dan tentu saja menarik si pembaca agar terus membaca blog kita.
  • Tata cara menulis dengan baik, sopan dan sesuai dengan EYD.
  • Dalam menulis terutama menulis di blog, tata cara bahasa dan isi harus jelas, sopan dan benar sesuai dengan EYD. Selain bertujuan untuk penegasan suatu objek secara kontekstual, juga menciptakan kesan yang baik bagi sang penulis blog. Dari tulisan buatannya, kita bisa mengetahui secara implisit kepribadian sang penulis. Tak jarang dewasa ini banyak blog yang dijadikan referensi penting bagi para penulis blog lain karena isi tulisannya yang bagus, benar dan sopan sesuai EYD (Ejaan Yang Disempurnakan).
  • Menulis secara faktual (Sesuai dengan fakta yang ada)
  • Jangan pernah menulis sesuatu yang kebenarannya belum terbukti, apalagi hanya berupa isu dari mulut ke mulut. Dikhawatirkan tulisan di blog kita bisa disalahgunakan oleh pihak lain yang tidak bertanggung jawab untuk kepentingannya sendiri. Dan akhirnya bisa menjerumuskan kita kedalam tindak pidana (penjara). Jadi jika ingin menulis berita – berita terutama berita yang sedang gencar diberitakan pastikan dahulu bukti beserta kebenarannya.
  • Tulisan berisi kondisi yang sebenarnya (apa adanya)
  • Dalam menulis sudah seharusnya menulis sesuai dengan apa yang terjadi. Jangan pernah melebih-lebihkan (hiperbolis) suatu artikel yang dapat menjadi salah tafsir. Oleh karena itu, jika kita ingin menulis sesuatu yang sifatnya publik, usahakan tidak melibatkan hanya satu sudut pandang saja, tetapi mengambil sudut pandang orang lain terutama dari para ahli. Dan jga usahakan untuk tidak berbohong dalam menulis artikel agar kepercayaan para pembaca terhadap blog ita tidak menurun.
  • Memperindah blog dengan templat dan pengaya (widget)
  • Selain di sisi isi penulisan, latar blog beserta pengayanya juga penting untuk mendukung isi tulisan anda. Jika tampilan blognya bagus, pembaca pasti senang membacanya. Usahakan pilih latar yang tidak terlalu mencolok dan mengganggu pengelihatan sehingga isi blog dapat terbaca dengan baik. Pilihlah templat blog sesuai dengan konten yang anda inginkan, misalnya jika blog anda berisi konten ilmu pengetahuan pilih templat yang berisi gambar buku dan alat-alat tulis, jika berisi tentang wisata pilih salah satu gambar objek wisata yang menurut anda bagus, dsb. Untuk pengaya pilih yang dekoratif sekaligus fungsional sehingga efektif. Jangan terlalu banyak menggunakan pengaya karena dikhawatirkan mengganggu koneksi untuk mengakses blog anda.
  • Baca kebijakan Blog Provider secara saksama
  • Untuk langkah antisipatif, bacalah kebijakan privasi Blog Provider secara saksama dan hati-hati. Biasanya kebijakan tersebut berisi lisensi-lisensi atau peraturan yang haris diikuti oleh kita sebagai pengguna (user). Dari kebijakan ini kita bisa menemukan batasan-batasan yang telah ditetapkan sehingga kita tahu konsekwensinya jika kita melanggar ketetapan tersebut.
  • Tanggap atas komentar, saran, dan kritik dari pembaca 
  • Sebagai penulis yang baik, pasti selalu berusaha menyediakan bahan tulisan yang menarik dan terbarukan sesuai dengan minat para pembaca. Jika ada beberapa pembaca mengirimkan beberapa komentar atau saran bahkan kritik, tanggapilah dengan sopan dan baik. Jangan lupa untuk memperbaiki sesatu yang dianggap pembaca kurang memuaskan agar kelangsungan blog tetap terjaga.
Selain itu, masih ada hal-hal yang sangat dilarang dilakukan sebagai blogger yang baik. Konsekwensi bagi yang melakukan hal ini adalah penghapusan blog, akun bahkanbisa terjerat hukuman pidana sesuai dengan hukum yang berlaku. Hal-hal yang sangat dilarang :
  1. Tulisan mengandung SARA (Suku, Ras, Agama, dan Golongan) yang tujuannya untuk menghasut kelompok tertentu.
  2. Blog berisi konten-konten berbahaya seperti pornografi, foto-foto yang menunjukkan kekerasan, penipuan identitas, virus-virus atau script-script yang merusak komputer.
  3. Isi tulisan bernada kasar dan berisi kalimat teror atau penghinaan terhadap sesuatu.
  4. Vandalisme yang tidak bertanggung jawab.
  5. Mengmabil keuntungan pribadi tanpa seijin blog provider.
  6. Merubah dokumen otentik tanpa seijin pemiliknya.
  7. Mendukung peredaran yang melanggar hak cipta seperti software crack yang bisa diunduh secara bebas.
 Sumber

Kamis, 01 Maret 2012

Memahami Teori Komunikasi: Pendekatan, Pengertian, Kerangka Analisis, dan Perspektif

Pemahaman Konseptual: Pendekatan dan Pengertian 
Sebelum sampai pada pembahasan tentang berbagai teori dan model dalam ilmu komunikasi, terlebih dahulu kita membahas mengenai pendekatan - pendekatan atau pandangan - pandangan dalam keilmuan yg berlaku di kalangan masyarakat akademis.

Menurut Littlejohn, dalam bukunya "Theories of Human Communication", secara umumdunia masyarakat ilmiah menurut cara pandang serta objek pokok pengamatannya dapat dibagi dalam 3 kelompok atau aliran pendekatan, yaitu: pendekatan scientific (ilmiah - empiris), pendekatan humanistic (humanoria interperatif), serta pendekatan social sciences (ilmu - ilmu sosial). 

Aliran pendekatan scientific umumnya berlaku di kalangan para ahli ilmu - ilmu eksakta (seperti fisika, biologi, kedokteran, matematika, dll). Menurut pandangan ini ilmu diasosiasikan dengan objektivitas. Maksudnya adalah objektivitas yg menekankan prinsip standarisasi observasi dan konsistensi. Landasan filosofisnya adalah bahwa dunia ini pada dasarnya mempunyai bentuk dan struktur.
Ciri utama lainnya dari kelompok pendekatan ini adalah adanya pemisahan yg tegas antara known (objek atau hal yg ingin diketahui dan diteliti) dan knower (subjek pelaku/pencari pengetahuan atau pengamat)

Apabila aliran pendekatan scientific mengutamakan prinsip objektivitas, maka kelompok pendekatan humanistic mengasisiasikan ilmu dengan prinsip subjektivitas. perbedaan - perbedaan pokok antara kedua aliran pendekatan ini antara lain sebagai berikut:
  1. Aliran scientific, ilmu bertujuan untuk menstandarisasi observasi, sedangkan aliran humanistic mengutamakan kreativitas individual.
  2. Aliran scientific berpandangan bahwa tujuan ilmu adalah mengurangi perbedaan - perbedaan pandangan tentang hasil pengamatan, sementara aliran humanistic bertujuan untuk memahami tanggapan dan hasil temuan subjektif individual.
  3. Aliran scientific memandang ilmu pengetahuan sebagai sesuatu yg berada di sana (out there), di luar diri pengamat/peneliti. Sedangkan aliran humanistic melihat ilmu pengetahuannya sebagai sesuatu yg berada di sini (in here), berarti dalam diri pengamat/peneliti (pemikiran, interpretasi)
  4. Aliran scientific memfokuskan perhatiannya pada dunia hasil penemuan (discovered world), sedangkan aliran humanistic menitikberatkan perhatiannya pada dunia para penemunya (discovering person).
  5. Aliran scientific berupaya memperoleh konsensus, sementara aliran humanistic mengutamakan interpretasi - interpretasi alternatif.
  6. Aliran scientific membuat pemisahan yg tegas antara known dan knower, sedangkan aliran humanistic cenderung tidak memisahkan kedua hal tersebut.
Pandangan klasik dari aliran humanistic adalah bahwa cara pandang seseorang tentang sesuatu hal akan menentukan penggamabaran dan uraiannya tentang hal tersebut. Karena sifatnya subjektif dan interperatif, maka pendekatan aliran humanistic ini lazimnya cocok diterapkan untuk mengkaji persoalan - persoalan yg menyangkut sistemnilai kesenian, kebudayaan, sejarah, dan pengalaman pribadi.

Kelompok aliran yg ketiga adalah pendekatan khusus ilmu pengetahuan sosial (social sciences). Pendekatan ini yg di terapkan oleh para pendukung kelompok aliran ini pada dasarnya merupakan gabungan atau kombinasi dari pendekatan - pendekatan aliran scientific dan  humanistik. Pendekatan ilmu sosial merupakan perpanjangan (extension) dari pendekatan ilmu alam (natural science).
Dipergunakannya 2 pendekatan scientific dan humanistic yg masing - masing berbeda prinsip ini adalah kerena yg menjadi objek studi dalam ilmu pengetahuan sosial dalah kehidupan manusia. Para ahli ilmu sosial, seperti para ahli ilmu alam harus mampu mencapai kesepakatan atau konsensus mengenai hasil temuan pengamatannya, meskipun kesepakatan atau konsensus yg dicapai tersebut sifatnya "relatif", dalam arti dibatasi oleh faktor - faktor waktu, situasi, dan kondisi tertentu.

Para ahli ilmu komunikasi yg meneliti bidang studi seperti komunikasi antarpribadi, komunikasi dalam kelompok. komunikasi organisasi, komunikasi massa, dan lain - lain umumnya banyak menerapkan metode - metode pendekatan scientifc. Teori - teori yg dihasilkannya biasanya disebut sebagai teori komunikasi (communication theory). Sementara itu pendekatan - pendekatan humanistic juga banyak diterapkan dalam penelitian tentang masalah - masalah komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok. komunikasi organisasi, komunikasi massa, dan lain - lain.

Teori Komunikasi
Secara umum istilah teori dalam ilmu sosial mengandung beberapa pengertian, yaitu:
  1. Teori adalah abstraksi dan realitas
  2. Teori terdiri dari sekumpulan prinsip - prinsip dan definisi - definisi yg secara konseptual mengorganisasikan aspek - aspek dunia empiris secara sistematis
  3. Teori terdiri dari asumsi - asumsi, proposisi  - proposisi, dan aksioma - aksioma dasar yg saling berkaitan
  4. Teori terdiri dari teorema - teorema, yakni generalisasi - generalisasi yg diterima / terbukti secara empiris
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa teori pada dasarnya merupakan "konseptualisasi atau penjelasan logis dan empiris tentang suatu fenomena". Teori memiliki 2 ciri umum, yaitu:
  1. Semua teori adalah "abstraksi" mengenai suatu hal. Dengan demikian teori sifatnya terbatas.
  2. Semua teori adalah konstruksi ciptaan individual manusia. Oleh sebab itu sifatnya relatif tergantung pada cara pandang si pencipta teori.
Berdasarkan uraian diatas, secara sederhana teori komunikasi pada dasarnya merupakan "Konseptualisasi atau penjelasan logis tentang fenomena peristiwa komunikasi dalam kehidupan manusia".

Menurut Littlejohn, penjelasan dalam teori berdasarkan pada "prinsip keperluan" (the principle of necessity), yakni suatu penjelasan yg menerangkan variabel - variabel apa yg kemungkinan di perlukan untuk menghasilkan sesuatu. Selanjutnya Littlejohn menjelaskan bahwa prinsip keperluan ini ada 3 macam: (1) casual necessity (keperluan kasual); (2) practical necessity (keperluan praktis); (3) logical necessity (keperluan logis).

Sifat dan tujuan teori menurut Abraham Kaplan (1964), adalah bukan semata untuk menemukan fakta yg tersembunyi, tetapi juga suatu cara untuk melihat fakta, mengorganisasikan serta merepresentasikan fakta tersebut. Suatu teori harus sesuai dengan dunia ciptaan Tuhan, dalam arti dunia yg sesuai dengan ciri yg dimilikinya sendiri.

Menurut Littlejohn, fungsi teori ada 9, yaitu:
  1. Mengorganisasikan dan menyimpulkan pengetahuan tentang suatu hal. Ini berarti bahwa dalam hal mengamati realitas kita tidak boleh melakukannya secara sepotong - sepotong.
  2. Memfokuskan, artinya hal - hal atau aspek - aspek dari suatu objek yg diamati harus jelas fokusnya.
  3. Menjelaskan, maksudnya adalah bahwa teori harus mampu membuat suatu penjelasan tentang hal yg diamatinya.
  4. Pengamatan, menunjukkan bahwa teori tidak saja menjelaskan tentang apa yg sebaiknya diamati, tetapi juga memberikan petunjuk bagaimana cara mengamatinya.
  5. Membuat prediksi, meskipun kejadian yg diamati berlaku pada masa lalu, namun berdasarkan data dan hasil pengamatan ini harus dibuat suatu perkiraan ttentang kadaan yg akan terjadi apabila hal - hal yg digambarkan oleh teori juga tercerminkan dalam kehidupan di masa sekarang.
  6.  Fungsi heuristic atau heurisme. Aksioma umum menyebutkan bahwa teori yg baik adalah teori yg mampu merangsang penelitian. Ini berarti bahwa teori yg diciptakan dapat merangsang timbulnya upaya - upaya penelitian selanjutnya.
  7. Komunikasi, menunjukkan bahwa teori seharusnya tidak menjadi monopoli si penciptanya. Teori harus di publikasiikan, didiskusikan, dan terbuka terhadap kritikan - kritikan.
  8. Fungsi kontrol, bersifat normatif. Hal ini dikarenakan bahwa asumsi - asumsi teori dapat kemudian berkembang menjadi norma - norma atau nilai - nilai yg dipegang dalam kehidupan sehari - hari.
  9. Fungsi Generatif, fungsi ini sangat menonjol di kalangan pendukung tradisi / aliran pendekatan interperatif dan teori kritis.
 Proses pengembangan atau pembentukan teori umumnya mengikuti model pendekatan eksperimental yg lazim dipergunakan dalam ilmu pengetahuan alam. Menurut pendekatan ini, biasa disebut hypothetico - deductive method (metode hipotetis-deduktif), proses pengembangan teori melibatkan empat tahap sebagai berikut:
  1. Developing questions (mengembangkan pertanyaan).
  2. Forming hypotheses (menyusun hipotesis).
  3. Testing the hypotheses (menguji hipotesis).
  4. Formulating theory (memformulasikan teori).
Proses dari keempat tahap pengembangan teori ini dijelaskan oleh Littlejohn sebagai berikut:
Gambar di atas menunjukkan bahwa pertama, asumsi - asumsi teori dideduksi menjadi hipotesis. Kemudian hipotesis ini dirinci lagi ke dalam konsep - konsep operasional yg dapat dijadikan sebagai patokan untuk pengamatan / observasi. Berdasarkan hasil - hasil temuan pengamatan yg dilakukan melalui metode dan pengukuran tertentu, kemudian dibuat generalisasi - generalisasi. Dan dari generalisasi - generalisasi ini akhirnya diinduksi menjadi teori.

Ada beberapa patokan yg dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam mengevaluasi kesahihan teori, yaitu:
  1. Cakupan Teoretis (theoretical scope). Dengan demikian persoalan pokok di sini adalah apakah suatu teori yg dibangun memiliki prinsip generality atau keberlakuan umum.
  2. Kesesuaian (appropriateness), yakni apakah isi teori sesuai dengan pertanyaan - pertanyaan / permasalahan - permasalahan teoretis yg diteliti.
  3. Heuristic. Pertanyaannya adalah apakah suatu teori yg dibentuk punya potensi untuk menghasilkan penelitian atau teori - teori lainnya yg berkaitan.
  4. Validitas (validity) atau konsistensi internal dan eksternal. Konsistensi internal mempersoalkan apakah konsep dan penjelasan teori konsisten dengan pengamatan. Konsistensi eksternal mempertanayakan apakah teori yg dibentuk didukung oleh teori - teori lainnya yg telah ada.
  5. Parsimony (kesederhanaan). Inti pemikirannya adalah bahwa teori yg baik adalah teori yg berisikan penjelasan - penjelasan yg sederhana.

Lingkup Teori Komunikasi
Menurut Littlejohn (1989), secara umum teori - teori komunikasidapat dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama disebut kelompok "teori - teori umum" (general theories). Kelompok kedua adalah kelompok "teori - teori kontekstual" (contextual theories).

Teori - Teori Umum (general theories)
  1. Teori - Teori Fungsional dan Struktural. Ciri dari jenis teori ini (meskipun istilah fungsional dan struktural barangkali tidak tepat) adalah adanya kepercayaan atau pandangan tentang berfungsinya secara nyata struktur yg berada di luar diri pengamat. Menurut pandangan ini, seorang pengamat adalah bagian dari struktur. Oleh karena itu cara pandangnya juga akan dipengaruhi oleh struktur yg berada di luar dirinya.
  2. Teori - Teori Behavioral dan Cognitive. Teori - teori ini merupakan gabungan dari dua tradisi yg berbeda. Asumsinya tentang hakikat dan cara menentukan pengetahuan juga sama dengan aliran strukturalis dan fungsional.
  3. Teori - Teori Konvensional dan Interaksional. Teori - teori ini berpandangan bahwa kehidupan sosial meruapakan suatu proses interaksi yg membangun, memelihara serta mengubah kebiasaan - kebaisaan tertentu, termasuk dalam hal ini bagasa dan simbol - simbol. Komunikasi, menurut teori ini dianggap sebagai alat perekat masyarakat (the glue of society). Kelompok teori ini berkebamng dari aliran pendekatan "interaksionisme simbolis" (symbolic interactionism) sosiologi dan filsafat bahasa ordiner. Bagi kalangan pendukung teori - teori ini, pengetahuan dapat ditemukan melalui metode interpretasi.
  4. Teori - Teori Kritis dan Interpretif. Gagasan - gagasannya banyak berasal dari berbagai tradisi, seperti sosiologi interpretif (interpretive sociology), pemikiran Max Weber, phenomenology dan hermeneutics, Marxisme dan aliran "Frankfurt School", serta berbagai pendekatan tekstual, seperti teori - teori retorika, biblical, dan kesusastraan. Pendekatan kelompok teori ini terutama sekali populer di negara - neara eropa.

Teori - Teori Kontekstual (contextual theories)
  1. Komnikasi Intrapribadi (intrapersonal communication) adalah proses komunikasi yg terjadi dalam diri seseorang. Yang menjadi pusat perhatian disini adalah bagaimana jalannya proses pengolahan informasi yg dialami seseorang melalui sistem syaraf dan inderanya.
  2. Komunikasi Antarpribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi antar perorangan dan bersifat pribadi, baik yg secara langsung (tanpa medium) ataupun tidak langsung (melalui medium).
  3. Komunikasi Kelompok (group communication) memfokuskan pembahasannya pada interaksi di antara orang - orang di dalam kelompok - kelompok kecil. Komunikasi kelompok juga melibatkan komunikasi antar pribadi. Teori - trori komunikasi kelompok antara lain membahas tentang dinamika kelompok, efisiensi, dan efektivitas penyampaian informasi dalam kelompok, pola dan bentuk interaksi, serrta pembuatan keputusan.
  4. Komunikasi Organisasi (organizational communication) menunjuk pada pola dan bentuk komunikasi yg terjadi dalam konteks dan jaringan organisasi. Komunikasi organisasi melibatkan bentuk - bentuk komunikasi formal dan informal.
  5. Komunikasi Massa (mass communication) adalah komunikasi melalui media massa yg ditujukan kepada sejumlah khalayak yg besar. Proses komunikasi massa melibatkan aspek - aspek komunikasi intrapribadi, komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok, dan komunikasi organisasi. Teori komunikasi massa umumnya memfokuskan perhatiannya pada hal - hal yg menyangkut struktur media, hubungan media dan masyarakat, hubungan antar media dan khalayak, aspek - aspek budaya dari kmunikasi massa, serta dampak atau hasil komunikasi massa terhadap individu.

Sumber:
Teori Komunikasi, Sasa Djuarsa Sendjaja 

Selasa, 22 November 2011

Komunikasi dan Budaya


Istilah kebudayaan berasal dari kata sansekerta Buddayah sebagai bentuk jamak dari Buddhi yg berarti “budi” atau “akal”. Maka kebudayaan dapat diartikan “hal – hal yang bersangkutan dengan budi dan akal”. Bahasa Inggrisnya adalah culture yg berasal dari kata latin colere artinya “mengolah, mengerjakan” atau “sebagai segala daya dan usaha manusia untuk mengubah alam”.

Peranan Kebudayaan dalam Kehidupan Manusia
­Salah satu wujud kebudayaan ideal yg berfungsi mengatur, mengendalikan, dan mengarahkan tingkah laku masyarakatnya. Jadi fungsi kebudayaan adalah memberikan tuntutan dan tuntunan kepada masyarakatnya. Budaya menuntun masyarakat untuk bertingkah laku sesuai dengan adat istiadat, dan menuntunnya jika menyimpang dari norma – norma sosial yg berlaku.
Dalam studi kebudayaan memang dikenal adanya istilah “harapan budaya” (culture expectation), yakni harapan masyarakat dari suatu kebudayaan kepada para anggotanya untuk bertingkah laku sesuai dengan adat istiadat yg berlaku.

Pengaruh Kebudayaan dalam Komunikasi
Keberhasilan komunikasi ditentukan oleh kemampuan komunikasi memberi makna terhadap pesan yg diterimanya. Semakin besar kemampuan komunikasi memberi makna pada pesan yg diterimanya, semakin besar pula kemungkinan komunikasi memahami pesan tersebut.
Komunikasi pada prinsipnya memang merupakan proses penafsiran atau pemberian makna terhadap pesan – pesan. Sebelum mengirim pesan tersebut, komunikan mengolah pesan dan menafsirkannya, apakah makna yg dikandung pesan tersebut telah memenuhi tujuan komunikator dalam penyampaian maksudnya.
Komunikasi berfungsi sebagai alat untuk meneruskan warisan budaya berupa nilai – nilai, norma, dan keyakinan yg dianut dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari – hari dari suatu generasi ke generasi berikutnya.

Komunikasi Antar Budaya
Komunikasi antar budaya adalah komunikasi antar orang – orang yg mempunyai latar belakang budaya yg berbeda. Perbedaan budaya tersebut terdapat mulai dari tingkat individu, kelompok sosial, etnis/ras, Negara, hingga dunia.
Bentuk komunikasi antar budaya:
1. Komunikasi antar budaya
2. Komunikasi antar ras yg berbeda atau komunikasi antar etnis
3. Komunikasi antar kelompok agama yg berbeda
4. Komunikasi antar bangsa yg berbeda (Komunikasi Internasional)
5. Komunikasi antar subkltur yg berbeda
6. Komunikasi antara subkultur dan kultur yg dominan
7. Komunikasi antar jenis kelamin

Sumber:
- Pengantar Ilmu Komunikasi, Sasa Djuarsa Sendjaja
- Ilmu Komunikasi suatu Pengantar, Dedy Mulyana
- Communication Between Cultures, Larry A. Samovar & Richard E. Porter

Model - Model Komunikasi


Model komunikasi adalah representasi fenomena komunikasi, baik nyata maupun abstrak, dengan menonjolkan unsur – unsur terpenting guna memahami suatu proses komunikasi.
Model sebagai cara menunjukkan sebuah objek, yang didalamnya dijelaskan kompleksitas suatu proses, pemikiran dan hubungan antara unsur – unsur yg mendukungnya.
Model sebagai penyederhanaan teori yg disajikan dalam bentuk gambar. Sebagai alat bantu, mempermudah penjelasan fenomena komunikasi dengan mempresentasikan secara abstrak.

Fungsi Model Komunikasi
- Melukiskan proses komunikasi
- Menunjukkan hubungan visual
- Membantu dalam menemukan dan memperbaiki kemacetan komunikasi
- Mengetahui suatu hal secara keseluruhan mununjukkan fakta metode baru yg tidak diketahui
- Memperkirakan tentang hasil atau akibat yg akan dicapai
- Menjelaskan tentang suatu hal melalui penyajian informasi yg sederhana

Model Dasar Komunikasi
1. Model Komunikasi Linear (Satu Arah)
Model ini didasari paradigm stimulus - respons. Komunikan akan memberikan respons sesuai stimulus yg diterima.
Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pasif menerima pesan, pesan berlangsung 1 arah dan relative tanpa umpan balik, dan karenanya di sebut linear.

2. Model Komunikasi Sirkuler (Dua Arah)
Model ini menyatakan adanya umpan balik dengan intensitas yg lebih tinggi, dimana kedudukan antara komunikator dan komunikan relatif setara.

3. Model Komunikasi Spiral
Model spiral menggambarkan bagaimana aspek – aspek yg berbeda dari suatu proses komunikasi terus berubah dan berkembang dari waktu ke waktu.

Model – Model Penganut Komunikasi
- Model Aristoteles










- Model Lasswell






- Model Shannon – Weaver










- Model Schramm












- Model Dance















- Model Noelle – Neumann

















Sumber: Pengantar Ilmu Komunikasi, Sasa Djuarsa Sendjaja

Komunikasi Massa


Komunikasi Massa adalah proses dimana organisasi media memproduksi dan menyampaikan pesan kepada khalayak yg luas dimana pesan media tersebut dicari, digunakan, dan dikonsumsi oleh khalayak. Dengan kata lain, komunikasi dilakukan melalui media massa seperti radio, surat kabar, TV, internet, dan sebagainya.

Proses Komunikasi Massa
Proses komunikasi media massa dibagi menjadi dua berdasarkan medianya, yaitu:

a. Media Elektronik
menggunakan media elektronik dan bentuk pesan dari proses ini adalah,
1. Radio / Audio: proses dari pesan ini lebih mudah daripada televisi, karena pada televisi sudah ada jadwal – jadwal tertentu yg di-booking oleh sponsor.
2. Visual / Gambar / Foto: menggunakan foto untuk berkomunikasi dengan massa.
3. Audiovisual: penayangan gambar disertai narasi, contohnya televisi.

b. Media Cetak
Kelebihan media cetak adalahmampu menjabarkan hal – hal yg rumit hingga detail, sehingga lebih banyak mendapat respon dari khalayak.

Fungsi Komunikasi Massa
A. Fungsi terhadap masyarakat
Menurut Lasswell dan Wight, ada 4 komunikasi massa, yaitu:
1. Pengawasan Lingkungan
Fungsi ini merujuk pada upaya pengumpulan dan penyebaran informasi mengenai berbagai peristiwa yg terjadi di dalam dan di luar lingkungan suatu masyarakat.

2. Kolerasi antara bagian dalam masyarakat untuk menanggapi lingkungannya.
Fungsi ini meliputi interpretasi terhadap informasi dan preskripsi (memberi petunjuk atau alternative) untuk mencapai consensus dalam upaya mencegah akibat – akibat yg tidak diinginkan yg terjadi karena adanya informasi tentang lingkungan tersebut.

3. Sosialisasi
Fungsi ini merujuk pada upaya transmisi dan pendidikan nilai – nilai atau norma – norma dari suatu generasi ke generasi berikutnya atau dari suatu kelompok masyarakat hingga kepada anggota kelompoknya yg baru.

4. Hiburan
Fungsi ini merujuk pada upaya komunikasi yg bertujuan memberikan hiburan kepada masyarakat luas.

B. Fungsi terhadap individu
Menurut Samuel L. Becker, ada 7 fungsi komunikasi massa bagi individu, yaitu:
1. Pengawasan / Pencarian Informasi
Segala informasi yg menyangkut keidupan manusia selalu dilaporkan oleh media massa. Oleh karena itu, dengan mengetahui segala informasi tentang apa saja akan dapat membantu sesorang dalam berbuat sesuatu dalam mengambil keputusan dan lebih memiliki kepercayaan dalam perilakunya.

2. Mengembangkan konsep diri
Setiap individu akan selalu mencari / mengeksplorasi segala informasi yg berhubungan dengan pekerjaanya atau profesinya.

3. Fasilitas dalam hubungan sosial
Media massa membantu kita dalam pergaulan sosial. Hal ini dimungkinkan karena media massa menyediakan topik - topik yg dapat menjadi bahan pembicaraan hangat dalam pergaulan kita dengan orang – orang lain.

4. Subtitusi dalam hubungan sosial
Aspek – aspek psikologis dalam hubungan sosial kita sering kali dapatkan dalam isi pesan media massa.

5. Membantu melegakan emosi
Dari berbagai berita yg dimuat oleh media massa seperti surat kabar, radio, film, atau televisi kita seringkali terhanyut dalam suasana menyenagkan, merasa puas, atau bahkan tertawa dibuatnya.

6. Sarana pelarian dari ketegangan dan keterasingan
Dalam menghadapi pekerjaan sehari – hari, kita seringkali mengalami ketegangan / stress, bahkan kita seringkali terasing dari pergaulan dengan lungkungan sekitar kita, dalam kondisi ini kita akan mencari tempat pelarian dengan cara membaca koran, mendengarkan siaran msik radio, menonton televisi, atau pergi menonton film.

7. Sebagai bagian dari kehidupan rutin atau ritualisasi
Dalam kehidupan rutin kita sehari – hari, media massa telah mengisi sebagian dari kebutuhan hidup.

Sumber:
- Pengantar Ilmu Komunikasi, Sasa Djuarsa Sendjaja
- Ilmu Komunikasi, Daryanto